BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 23 Desember 2011

sekilas pandang PONPES Cijantung

PONDOK Pesantren Cijantung, Ciamis, yang berdiri tahun 1935, sejak dulu terkenal dengan cai quro-nya, air mata segar yang mirip air zamzam. Cai quro ini dulu mengalir dari pancuran dan sumur tempat santri berwudu dan mengambil air minum.

Namun sekarang cai quro tersebut sudah dikelola dengan baik oleh manajemen pondok pesantren yang berlokasi di sisi Jalan Raya Ciamis-Banjar Km 4, Dusun Citutut, Desa Dewasari, Kecamatan Cijeungjing, di sisi selokan Cijantung persimpangan Cijantung tersebut.

"Sekarang air quro-nya sudah dikemas seperti halnya air mineral atau air kemasan, baik itu kemasan gelas, botol, maupun galon. Namanya Air Quro, Dipasarkan tidak hanya di Ciamis, tetapi juga sampai ke Tasikmalaya, Banjar dan Garut," ujar KH Drs Ahmad Hidayat SH, salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Cijantung, kepada Tribun, Senin (22/8).

Mata air cai quro yang berada di Kompleks Pondok Pesantren Cijantung ini sejak ponpes ini didirikan KH Moh Sirodj (alm) tahun 1935 tidak pernah kering meskipun saat kemarau. Saat musim hujan pun, mata air ini tidak pernah tercemar air keruh.

"Alhamdulillah, sampai hari ini mata air air quro terus mengalir dengan jernih. Dulu mengalir bebas di pancuran, tetapi sekarang sudah dikelola dengan baik," ujar Kiai Ahmad. Pondok Pesantren Cijantung ini, kata dia, saat pertama didirikan semula berada di Dusun Cijantung. Tahun 1940, pesantren dipindahkan ke Dusun Citutut RT 01/05, Desa Dewasari, Cijeungjing.

Awalnya jumlah santri ada 50 orang. Sekarang, Ponpes Cijantung mengembangkan diri dengan mendirikan sekolah formal, seperti Madrasah Mualimin (PGA 6 tahun yang berdiri tahun 1970), kemudian disusul SPG Al Islam (berdiri tahun 1976 sampai tahun 1994), MTs al Islam (berdiri tahun 1985), dan Madrasah Aliyah (berdiri tahun 1988 yang merupakan leburan dari PGA 6 tahun dan tahun 1995 menjadi MA Negeri Cijantung). Jumlah santrinya mencapai 800 orang yang seluruhnya tinggal di kompleks ponpes.

Para santri ini merupakan siswa dari sekolah formal, mulai MTs hingga MAN Cijantung. Mereka berasal dari berbagai kabupaten dan kota di Jabar serta luar Jabar.

Puluhan ribu alumninya tersebar di tanah air. Ponpes Cijantung pun memiliki lima cabang, yaitu Ciluncat, Pamalayan (Ponpes Ar Risalah Cijantung), di Ancol, Sindangkasih (Ponpes As Sifa), di Banjarsari (Ponpes Muhaimin), Cileunyi, Bandung (Ponpes Cijantung VI), dan di Kalimantan (Ponpes Cijantung V).

Berbeda dengan pesantren lainnya di Ciamis, sejak dulu Pondok Pesantren Cijantung lebih menekankan kemampuan membaca, memahami dan menghafal Alquran bagi santrinya. Lengkap dengan nagemah, membaca Alquran dengan nyanyian yang khas.

Karena itu, Pondok Pesantren Cijantung ini sejak dulu tidak hanya melahirkan juruĂ‚  dakwah yang andal, tetapi juga melahirkan qari dan qariah terkenal.

Untuk membuat santri mampu membaca Alquran dengan baik, para santri sudah belajar sejak di tingkat MTs. Mulai materi amfilati, qiroati, tajuwid, sampai fikih dan menghafal Alquran (tahfiz).

Selama bulan Ramadan merupakan hari-hari bagi santri Pondok Pesantren Cijantung mematangkan kemampuan membaca dan hafalan Alqurannya lewat kegiatan tadarus. Ini merupakan bagian dari cara Ponpes Cijantung melahirkan para hafiz (penghafal Alquran).

"Tiap hari santri senior atau guru pengawas menerima laporan kemajuan dari tiap santri, jumlah ayat yang berhasil dihafalnya dalam sehari itu. Pokoknya semalas-malasnya santri di sini, minimal hafal Juz Amma sebagai bekal ia untuk menjadi imam salat," ujar KH Ahmad.

Makanya jangan heran pula bila di Pondok Pesantren Cijantung salat Tarawih selalu dengan lantunan ayat yang panjang. Setiap kali salat tarawih setiap malam Ramadan tamat satu juz Alquran. Cukup lama juga, antara 30 menit, kadang sampai satu jam lebih. Imamnya adalah ustaz atau dewan guru yang juga hafiz (penghafal Alquran).

0 komentar: